Minggu, 29 November 2015

GAYA BAHASA DWITASARI DALAM ANTOLOGI CERPEN JATUH CINTA DIAM-DIAM : KAJIAN STILISTIKA Oleh: ANIFATUL KHASANAH (20152110004)



GAYA BAHASA DWITASARI DALAM ANTOLOGI CERPEN
JATUH CINTA DIAM-DIAM : KAJIAN STILISTIKA

Dosen Pengampu:
Dr. DWIYANI RATNA DEWI, M.Pd.


Oleh:

ANIFATUL KHASANAH (20152110004)
 




























        A.    LATAR BELAKANG


Sastra merupakan wujud gagasan seseorang melalui pandangan terhadap lingkungan yang berada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah. Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia dengan keindahan bahasa.Menurut Hudson (dalam Tarigan 2009:10), sastra merupakan pengungkapan baku dari peristiwa yang telah disaksikan orang dalam kehidupan, yang telah direnungkan, dan dirasakan orang mengenai segi-segi kehidupan yang menarik minat secara langsung dan kuat dari seorang pengarang atau penyair.Sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena yang ada.

Karya sastra adalah wujud permainan kata-kata pengarang yang berisi maksud tertentu, yang akan disampaikan kepada penikmat sastra. Karya sastra merupakan luapan perasaan pengarang yang dicurahkan dalam bentuk tulisan, menggunakan kata-kata yang disusun sedemikian rupa. Karya sastra adalah wacana yang khas yang di dalam ekspresinya menggunakan bahasa dengan memanfaatkan segala kemungkinan yang tersedia (Sudjiman 1993:7).

Lazimnya pada naluri manusia, biasanya seorang pengarang berminat mengusung realitas yang dijumpainya dalam sebuah cerita. Ia menjadi saksi yang mempunyai kekuatan imajinasi untuk menceritakan keaadaan zamannya, bahkan ia tidak tabu untuk mengangkat realitas empiris yang pernah dialaminya sebagai pribadi dalam karangannya, selama yang menjadi tumpuan baginya bukanlah fakta semata-mata. Meskipun hal yang diangkat adalah hasil pengalaman pribadi dari sang pengarang, setelah menjadi sebuah cerita realitas empiris ini sudah mengalami perubahan melalui kekuatan imajinasinya. Dengan imajinasi inilah seorang pengarang mampu membuat realitas empiris menjadi sebuah cerita fiksi. Jika seorang pengarang tidak mengindahkan imajinasi, maka hasil karyanya akan mendapati kekeringan bahasa, karena imajinasi merupakan usaha keras dari seluruh potensi linguistik yang dimiliki oleh seoarang pengarang untuk sampai atau mendekati sedekat-dekatnya dasar hati manusia. Oleh karena itulah seorang pengarang dituntut untuk tetap berpijak pada kreatifitas estetis dalam mengaitkan antara realitas dan imajinasi sehingga buah karyanya tidak terpantul kembali pada hati pembaca.





       B.     LANDASAN TEORI

Cerpen atau cerita pendek sebagai suatu karya seni berfungsi sebagai notulen kehidupan. Pengarang dengan daya imajinasi yang dimilikinya tidak akan bisa tertidur dengan nyaman sebelum semua peristiwa itu ditulis, yang akhirnya dapat dibaca, dipahami, dan direntangkan oleh siapa saja. Dengan demikian apabila seorang membaca cerpen diharapkan dapat mengetahui seluk beluk peristiwa kehidupan, tanpa merasa digurui. Diantara peristiwa kehidupan itu adalah kebahagiaan, keindahan alam, kemajuan teknologi, kesenjangan sosial, kegelisahan batin pada orang-orang yang tertindas, harapan, kekecewaan, keadilan, kekejaman, kemiskinan yang teramat parah atau kekayaan yang berlimpah ruah, kehancuran di masa lalu atau harapan yang menggebu-gebu untuk masa depan, dan lain-lain. Sebagai dokumentasi, cerpen bagaikan cermin yang memperlihatkan peristiwa tersebut.

Style ‘gaya bahasa’ merupakan penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapatkannilai estetika dan seni sebuah karya sastra. Gaya bahasa dalam karya sastra dapat membawamuatan makna tertentu dan memberi gerak pada kalimat. Setiap pengarang mempunyai gayatersendiri atau dengan sadar memilih gaya tertentu dalam menyampaikan tuturannya. Dalamdunia sastra masalah gaya penyampaian atau gaya bahasa ini merupakan sesuatu yang amatmenentukan visi kepengarangan seseorang, sekaligus menentukan perbedaan suatu karyadengan karya yang lain.

Menggunakan bahasa untuk menyampaikan gagasan dan imajinasi dalam proses penciptaan karya sastra sangat diperlukan oleh setiap pengarang. Hal ini menyiratkan bahwa karya sastra merupakan peristiwa bahasa. Gaya bahasa seorang pengarang dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, kondisisosial masyarakat, lingkungan tempat tinggal, dan sebagainya. Gaya bahasa yang digunakan oleh seorang satrawan dipengaruhi watak dan jiwanya, dan merupakan pembawaan pribadinya.Dengan gaya tertentu seorang pengarang hendakmemberikan bentuk terhadap apa yang dipaparkannya. Gaya bahasa yang digunakan olehseorang pengarang dalam karyanya secara tidak langsung menggambarkan sikap tersebut.

Penelitian ini merupakan penelitian gaya bahasa perseorangan, yakni penggunaangaya bahasa Dwitasari (selanjutnya disingkat DS). Karya-karya DS berbentuk cerpen. Cerpen merupakan cerita narasi. Cerita dalam sebuah karya fiksi merupakan suatu hal yang amat esensial. Cerita memiliki peranan sentral dari awal sampai akhir karya itu yang ditemui adalah cerita. Cerita berkaitan dengan unsur pembangun yang lain dalam karya sastra tersebut. Kelancaran cerita akan ditopang oleh kepaduan berbagai unsur pembangun itu. Oleh karena itu, cerita merupakan hal yang fundamental dalam suatu karya fiksi. Tanpa unsur cerita, eksistensi sebuah cerita tidak mungkin terwujud, sebab cerita merupakan inti sebuah karya fiksi sendiri sebagai cerita rekaan. Baik-buruknya cerita yang disajikan, di samping akan memotivasi seseorang untuk membacanya, juga akan mempengaruhi unsur-unsur pembangun yang lain.

Antologi cerpen DS dengan judul Jatuh Cinta Diam-diammerupakan kisah-kisah nyata yang dikumpulkan olehnya. Kisah-kisah unik tersebut dikemas oleh DS dengan indah dan mudah untuk dinikmati. DS memanfaatkan unsur-unsur yang membangun sebuah karya. Salah satunya adalah pemakaian bahasa atau gaya bahasa.

Untuk mengkaji lebih jauh tentang pemakaianbahasa dalam DS digunakan pendekatan stilistika.Stilistika merupakan bagian dalamdisiplin ilmu linguistik terapan karena studi linguistik sangat erat kaitannya denganpengkajian bahasa dalam karya sastra yang menarik minat para ahli bahasa dan ahli sastra.Sudjiman ( 1993:3) berpendapat bahwa stilistika mengkaji wacana sastra dengan orientasilingusitik. Stilistika mengkaji cara sastrawan memanipulasi memanfaatkan unsur dan kaidahyang terdapat dalam bahasa dan efek yang ditimbulkan oleh penggunaannya itu. Stilistikameneliti ciri khas penggunaan bahasa dalam wacana sastra, ciri-ciri yang membedakan ataumempertimbangkan dengan wacana non sastra, meneliti derivasi terhadap tata bahasa sebagaisarana literatur, singkatnya stilistika meneliti sastra fungsi fuitik suatu bahasa.

Kajian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan gaya bahasa berdasarkan pilihan leksikaldalamJatuh Cinta Diam-diam; (2) mendeskripsikan gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat dalamJatuh Cinta Diam-diam; dan (3) mendeskripsikan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya maknaungkapkan makna dalamJatuh Cinta Diam-diam.

      





     C.    METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorangdan perilaku yang diamati (Bogdan dan Taylor, dalam Moleong,2010:4). Moleong (2010:6) mengemukakan bahwa penelitian kualitatifadalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apayang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalambentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dandengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Selanjutnya, Kirk danMiller (dalam Moleong, 2010:4) menyatakan bahwa penelitian kualitatifadalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secarafundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalamkawasannya maupun dalam peristilahannya.

Data penelitian ini adalah gaya bahasa dalam antalogi cerpen dengan judul Jatuh Cinta Diam-diamkarya Dwitasari. Sumber data dalam penelitian ini adalah antalogi cerpen dengan judul Jatuh Cinta Diam-diam yang diterbitkan oleh Plotpoint, Jakarta. Karya DS ini Telah mengalami tujuh tahap terbitan. Terbitan terakhir pada Maret 2015.

     




      D.    PEMBAHASAN

Untuk mengungkap gaya bahasa DS dalam Jatuh Cinta Diam-diam, sumber kutipan dilihat dariketerangan rujukan pada akhir kutipan. Data-data kebahasaan dalam kedua novel digunakanuntuk melihat gaya bahasa DS dalam Jatuh Cinta Diam-diam melalui gaya bahasa berdasarkanpilihan leksikal (Diksi), berdasarkan struktur kalimat, dan gaya bahasa berdasarkan langsungtidaknya makna.

a.      Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Leksikal
Pilihan leksikal merupakan unsur yang sangat penting dalam menampilkan sebuah cerita. Pilihan leksikal yang tepat dapat membantu mengungkapkan makna yang ingindisampaikan sehingga akan memudahkan penggambaran unsur-unsur dalam cerita sepertipenokohan, latar, alur amanat, dan sebagainya.Dengan demikian, pilihan leksikal yangtepat pula akan menciptakan kedekatan hubungan antara pembaca dengan tokoh-tokoh yangada dalam cerita seolah-olah pembaca ikut serta mengalami peristiwa demi peristiwa yangterjadi dalam cerita.

Uraian mengenai gaya bahasa berdasarkan pilihan leksikal dalam hal ini meliputi uraian tentang penggunaan kata abstrak dan konkret, penggunaan kataumum dan kata khusus, penggunaan kata populer dan kata kajian, penggunaan katapercakapan, penggunaan kata-kata atau istilah asing, dan penggunaan kata-kata arkaik.

Kata Konkret
Nomina konkret merupakan kata-kata dari unsur nomina yang dapat diraba dan dapatdilihat. Secara umum, penggunaan kata konkret dalam Jatuh Cinta Diam-diam berkaitan dengan alam danlingkungan, hewan, tumbuhan, benda mati, dan alat-alat untuk mendulang yang selaludigunakan oleh pengarang. Nomina konkret yang berkaitan denganbenda-benda mati yang terdapat pada setiap judul cerpen dalam Jatuh Cinta Diam-diam seperti gerobak mi ayam, lukisan-lukisan kanvas, kora-kora, ponsel. Masing-masing kata konkret tersebut adapada masing-masing judul dalam antologi DS. Masing-masing kata tersebut menjadi kata kunci pada masing-masing cerita yang disuguhkan DS.

Bukti pada masing-masing judul sebagai berikut
1.      Aku masih sibuk melayani pelanggan, ketika klakson mobil mengkilat warna hitam itu berhenti tepat di depan gerobak mi ayamku. (Rasa: 14)
2.      Aku disambut asbak-asbak penuh putung rokok yang terletak di mana-mana. Lukisan-lukisan kanvasyang belum selesai sepenuhnya tergeletak kaku di lantai. (Melihatmu:19)
3.      Berkali-kali Cleo memejamkan matanya. Dia menyesal telah mencoba menaiki kora-kora. Tak ada romantisnya sama sekali! (Pertemuan:142)
4.      Begitu mereka menjauh, kuhubungi Donna dengan ponselku, (Melepas matahari: 152)

b.      Penggunaan Kata-kata atau Istilah Asing

Kata-kata atau istilah asing yang digunakan oleh DS dalam antologi cerpen yang berjudul Jatuh Cinta Diam-diam meliputi kata benda dalam istilah asing, dan kalimat dalam percakapan tokoh. Kata atau istilah asing berasal dari bahasa inggris, sedangkan kalimat yang diucapkan tokoh merupakan bahasa inggris dan bahasa daerah yang digunakan tokoh dalam cerita tersebut. Kata-kata asing tersebut seperti silly bandz, dan eye liner(Rasa:1,10); genus, ordo, dan familia (Melihatmu:23); terhipnotis, comic, punch line, open mic, crystal of knowledge, act out, hook, extro,dan hack (Dalam tawa: 59-65);
Istilah asing yang terdapat pada kalimat tokoh adalah sebagai berikut:
·         Are you kidding me? Plis Haryo, look at me!” Aku mengarahkan wajah Haryo agar tetap tegar menatap mataku. (Dalam tawa:66)
·         “Garing gak? Timing-ku gimana?” (Dalam tawa:69)
·         Hei, Mpok galau,” sapa Reksa dengan satu emote senyum, emoticon yang membuat Dian tersenyum lebar. (Komedi kampus:92)
·         Aku memikirkan percakapan menyenangkan bersamanya. “Postingan kamu di blog keren, Nesh.” (Diakhiri dengan pelukan:204)
·         Ono opo to dek?” Aku duduk di sampingnya, sedikit mengambil jarak. (Rasa: 8)
·         Persib nu aing!” Ucapan itu mengingatkanku pada seseorang yang pernah menjadi bagian dari hidupku di beberapa tahun lalu. (Perpisahan sunyi: 155)
·         Pokokna mah, Persib nu urang!” bisiknya sambil mengepalkan tangan. (Perpisahan sunyi:155)
·         Kudu kumaha deui, Akang? Masa suara segede ini gak denger?” Dengan logat yang sama seperti dulu, dia menyapaku. (Perpisahan sunyi:158)
·         Akang gak tahu rasanya ditinggalin tanpa adanya ucapan perpisahan? Nyesek pisan, Kang!” Ucap Dina sambil memegang kedua lenganku. (Perpisahan sunyi:161)
Dari kutipan tersebut, diketahui bahwa pada antologi Jatuh cinta diam-diam dengan jumlah 14 judul cerpen, hanya 6 judul yang menggunakan bahasa asing. Cerpen berjudul rasa, melihatmu, dan dalam tawa menggunakan bahasa inggris untuk menyebut kata benda. Sedangkan penggunaan bahasa inggris terdapat pada judul rasa, dalam tawa, dan komedi kampus. Bahasa asing berupa bahasa daerah tokoh juga digunakan pada judul perpisahan sunyi dan diakhir dengan pelukan.

c.       Penggunaan Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat

Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yang digunakan DS dalam Jatuh cinta diam-diam meliputiklimaks dan interupsi.Klimaks dipergunakan untuk memberikan gambaran kompleksitas aktivitas tokoh. Terdapat 14 judul dalam antologi cerpen Jatuh cinta diam-diam, semua klimaksnya menceritakan konflik batin tokoh dan hingga resolusi dan koda pada cerita tersebut tidak sesuai dengan harapan tokoh. Kecuali pada judul “pertemuan dan susu kaleng” yang mempunyai resolusi dan koda yang berbeda dengan yang lainnya.

Interupsi memberikanpenegasan dengan menggunakan kata-kata atau bagian kalimat yang disisipkan diantarakalimat pokok untuk menjelaskan bagian dari kalimat sebelumnya. Interupsi dalam Jatuh cinta diam-diamtampak pada penggambaran sifat-sifat dan karakter tokoh pada setiap cerita. Penjelasan yang digunakan ada yang berupa kata, frasa, dan klausa. “Masih ada kesempatan,” Raceya berbisik dalam hati, tak mendengar pertanyaan yang diajukan padanya. (komedi kampus:82) kalimat bercetak miring merupakan interupsi (penjelasan) yang berupa kata.

d.      Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna

Gaya bahasa berdasarkan ketidaklangsungan makna yang biasa disebut trope atau figure of speech dibagi atas dua kelompok, yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan.

Gaya bahasa retoris

Gaya bahasa retoris merupakan gaya bahasa yang membuat penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu. Gaya bahasa retoris yang ada dalam antologi cerpen Jatuh cinta diam-diamadalah polisindenton, pleonasme, koreksio, dan hiperbol. Polisindenton digunakan menguraikan, menegaskan dengan menyatakan beberapa hal, benda atau keadaansecara berturut-turut dengan menggunakan konjungsi, seperti dan, lalu, namun. Pleonasmedapat membantu mengalihkan pemakaian kata pada kata tertentu sehingga kalimat terasatidak membosankan. Hiperbola digunakan untuk menggambarkan keadaan jiwa atau semangat yang dimiliki oleh tokoh-tokoh cerita. koreksio dimanfaatkan oleh DS untukmemperjelas pernyataan yang telah dikemukakan sebelumnya agar makna bisa lebih tepat.Retoris merupakan pertanyaan-pertanyaan yang menghantui tokoh-tokoh cerita.Gaya bahasa polisindenton dapat dilihat pada kutipan berikut

Reksa kembali merogoh tasnya, dia membuka kertas yang lusuh, kertas yang telah dilipat berminggu-minggu, yang tak jadi diberikan pada Dian. Reksa menyodorkan kertas lusuh itu, kertas yang terdapat bekas lipatan di mana-mana. (Susu kaleng:109)

Gaya bahasa kiasan dalam antologi cerpen Jatuh cinta diam-diam meliputi personifikasi dan metafora. Personifikasi melekatkan sifat-sifat insani pada barang atau bendayang tidak bernyawa ataupun pada ide yang abstrak. Personifikasi bisa memudahkan penulisdalam menuangkan ide atau gagasannya. Personifikasi dalam dalam antologi cerpen Jatuh cinta diam-diam dipergunakan untukmelukiskan perasaan tokoh. Kutipan personifikasi yang terdapat dalam antologi cerpen Jatuh cinta diam-diam adalah sebagai berikut:

Saat cinta pertama memang sulit untuk dilupakan. Itulah saat cinta benar-benar menemukan ketulusannya, saat cinta menjelma menjadi bagian yang membawa energi positif bagi seseorang. (perpisahan sunyi:162)

Anesh terkejut melihat kami berdua. Kurasakan pandangannya mengikutiku sampai ke pintu depan keluar. (diakhiri dengan pelukan:208)

Metafora adalah gaya bahasa perbandingan yang tidak menggunakan kata-kata pembanding. Metaforamerupakan ungkapan yang menyatakan sesuatu sama dengan yang lain yang sesungguhnyatidak sama. Ada yang dibandingkan dan ada pula pembanding. Kutipan metafora yang terdapat dalam antologi cerpen Jatuh cinta diam-diam adalah sebagai berikut:

Perempuan yang kaku itu mencintai si pria pelukis. (melihatmu:28)
“Ini gara-gara si tua itu!” Gerutu Fira. (di ujung hari:32)
 
































        E.    SIMPULAN

Antologi cerpen yang berjudul Jatuh cinta diam-diam  karya Dwitasari  memiliki kata benda konkret yang digunakan oleh pengarang sebagai kata kunci pada setiap cerita. Antologi cerpen yang berjudul Jatuh cinta diam-diam  memiliki 14 judul cerpen dengan alur dan penokohan yang berbeda. Konflik yang dibangung oleh Dwitasari adalah konflik batin dari masing-masing tokoh yang ada pada cerita. Dwitasari menggunakan bahasa asing untuk memperindah cerita. Bahasa asing tersebut digunakan untuk menunjuk kata benda dan ada yang digunakan dalam percakapan antar tokoh yang menjadi khas dari tokoh tersebut. Bahasa asing yang digunakan adalah bahasa Inggris untuk menunjuk kata benda, seperti yang ada pada 3 judul cerpennya yaitu rasa, melihatmu, dan dalam tawa. Dwitasari menggunakan bahasa asing berupa bahasa Inggris dalam percakapan antar tokoh terdapat pada judul komedi kampus dan dalam tawa. Sedangkan bahasa asing dengan bentik bahasa daerah dalam percakapan antar tokoh terdapat pada judul rasa, perpisahan sunyi, dan diakhiri dengan pelukan.
Dwitasari menggunakan gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat pada setiap cerita yang diungkapkannya. Cerita-cerita yang diungkapkan Dwitasari adalah cerita-cerita keseharian pembaca, dan diungkapkan dengan kalimat-kalimat sederhana yang mudah dipahami. Namun, Dwitasari juga menggunakan majas personifikasi dan metafora pada bebrapa cerpennya yakni pada cerpen yang berjudul perpisahan sunyi, diakhiri dengan pelukan, melihatmu, dan di ujung hari.












DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan (ed). (2008) Metodologi Penelitian kualitatif: Aktualisasi Metodologis Ke
Arah Varian Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: RemajaRosdakarya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sudjiman, Panuti. 1993. Bunga Rampai Stilistika. Jakarta: Pustaka Grafiti.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar