ANALISIS STILISTIKA PADA GURU-GURU DAHSYAT (KARYA NISRINA LUBIS) DAN MENJADI WANITA PALING BAHAGIA
(KARYA `AIDH AL QARNI)
NURLAILI SAADAH
NIM 20152110001
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Stilistika sebagai ilmu yang
mengkaji gaya bahasa mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan
bahasa. Menurut Abram (dalam Ratna) penelitian gaya bahasa ada dua macam,
penelitian tradisional (isi dan bentuk) dan modern (ciri formal: fonologi,
sintaksis, leksikal) .Mengingat kajian Stilistika sangat luas (seperti tersebut
di atas) maka kajian analisis makalah ini dibatasi pada kajian sintaksis pada
karya berjudul Guru-guru dahsyat dan Menjadi wanita paling bahagia.
Demikian pula biladilihat
pendapat Idat, terdapat empat pembagian
wacana, maka dalam analisis ini juga dibatasi pada komunikasi dengan media buku
atau dua arah yakniantara penulis dan pembaca.
1.2
Rumusan Masalah
A.
Bagaimana peran
Stilistika pada bahasa
B.
Bagaimana
analisis Stilistika pada Guru-guru Dahsyat
C.
Bagaimana
analisis Stilistika pada Menjadi Wanita Paling Bahagia
1.3
Tujuan
Tujuan makalah ini adalah
A.
Mengetahui
peran Stilistika pada bahasa
B.
Mengetahui
analisis Stilistika pada Guru-guru Dahsyat
C.
Mengetahui
analisis Stilistika pada Menjadi Wanita Paling Bahagia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peran Stilistika pada Bahasa
Stilistika adalah cabang linguistik
yang mempelajari ragam bahasa. Bisa pula dimaknai ilmu yang menerangkan alasan
pemilihan ragam bahasa yang digunakan oleh individu atau kelompok sosial
tertentu, produksi, dan penerimaan makna, analisis wacana, serta kritik sastra.
Menurut Ratna Stilistika sebagai ilmu
pengetahuan yang menfokuskan kajiannya pada gaya bahasa. Yakni yangmenjadi
sumber penelitiannya adalah semuajenis komunikasi yang menggunakan bahasa, baik
lisan maupun tulisan. Jadi meliputi karya sastra dan karya seni, termasuk
bahasa sehari-hari. Darbyshire (dalam Ratna, 2014) menunjukkan dua cara untuk mengidentifikasi gaya bahasa,
yaitu a) secara teoritis, dilakukan
dengan sengaja menemukan ciri-ciri
pemakaian bahasa yang khas pada umumnya dilakukan dalam kaitannya dengan
penelitian ilmiah (analisis karya sastra), b) secara praktis, melalui
pengamatan langsung terhadap pemakaian bahasa sehari-hari.
Pembagian wacana menurut Idat (dalam
Ratna) dibagi menjadi empat jenis kajian
a) kajian segi eksistensi (verbal dan nonverbal, b) media komunikasi(lisan dan
tulisan), c)pemakaian (monolog, dialog, polilog), dan d) kajian dari segi
pemaparan (naratif, deskriptif, prosedural,ekspositoris, dan hortatori).
Penjelasan tersebut jelas bahwa dominasi kajian stilistika yaitu pada analisis
linguistik . Kajian stilistika sastra hanya terkandung dalam subpemaparan
secara naratif. Seperti telah
dijelaskan pada pendahuluan, bahwa fokus analisis ini adalah sintaksis.
2.2 Analisis Stilistika pada Guru-guru Dahsyat
Nisrina Lubis adalah penulis kelahiran Sorowaku, Sulawesi Selatan,
9 Januari 1984. Dia alumni UGM, FIB tahun
2007. Buku Guru-guru Dahsyat ini
ditulis tahun 2010 berisi kisah masa lalu para guru dalam memperjuangkan
pendidikan diIndonesia dengan segala rintangan yang menghambatnya. Tokoh yang
diangkat kisahnya adalah Xia, ButetManurung, Sukarso, S.A. Sujatna, S.S., M.Hum.,
Mahmud, Dasih, S.Pd.,Achmad Zen Purba, Prof. Azzumardi Azza, M.A., Sandiah, dan
lain-lain.
Semua kisah nyata tersebut ditulis menggunakan sudut pandang orang
ketiga. Beraneka ragam permasalahan yang dihadapi setiap tokoh yang disertai
bagaimana tokoh secara bijaksana menyikapi konflik kemanusiaan terkait dengan
pendidikan di Indonesia.
Hiperbola, analisis gaya bahasa
yang terdapat dalam karya Nisrina Lubis yang menceritakan kondisi realita
masyarakat Indonesi. Gaya bahasa hiperbola ini sering dijumpai Lubis dalam
memberikan penilaian kepada realita yang tidak sesuai dengan harapan. Seperti pendidikan
nasional di Indonesia tidak dapat menyentuh setiap anak Indonesia. Persoalan
kurikulum hingga sistem pendidikan yang hanya mencetak tenaga kerja menjadi
persoalan bagi masyarakat. (19) Begitu pula pada tulisannya di halaman
87 Namun tidak banyak yang tahu kalau
peraih TheOutstanding Young Person of the World 1987 ini pernah melalui
getirnya hidup menjadi pembantu rumah tangga, tukang batu, dan tukang semir
sepatu di Blok M. Pada halaman 88
telah disebutkan perjalanan hidup Seto di masa muda penuh liku yang pahit. Terdapat
pula dihalaman 89 Seto benar-benar
mulai dari bawah. Ia menjadi tukang batu kemudian tukang semir sepatu diBlok M.
Berat sekali kondisi yang dihadapinya.
Dalam kisahnya Sapardi Joko Damono
terdapat satu gaya bahasa hiperbola yaitu sumbangsih Sapardi cukup besar pada budaya
dan sastra dengan melakukan penelitian, menjadi narasumber dalam berbagai
seminar sebagai administrator dan mengajar, serta menjadi dekan Fakultas Sastra
Universitas Indonesia. Dia menyadari bahwa menjadi seorang sastrawan tidak akan
memperoleh kepuasan finansial.
Dalam
kisahnya Bu Kasur juga terdapat gaya bahasa hiperbola, Bu Kasur tidak
mengenal kata bosanberkecimpung dalam dunia pendidikan dasar anak-anak.
Konotasi, selain gaya bahasa hiperbola terdapat pula pemilihan kata yang
bermakna konotasi. Yaitu:
Dia adalah seorang guru yang bisa
memberikan kehidupan baru bagi
generasi muda bangsanya dengan satu cara yang membuat buku kuduk kita
merinding.
Dalam kisahnya Butet Manurung terdapat
makna konotasi yaitu orang lokal mengejar mimpi.
Dalam kisah Azzumardi Azzra kata
bermakna konotasi adalah pada awalnya diatidaklah terobsesi atau bercita-cita menggeluti
studi keislaman. Sebab dia lebih berniat memasuki bidang kependidikan umum
di IKIP. (64)
Kisah Alwi Dahlan dijelaskan Alwi
Dahlan adalah orang Indonesia pertama yang menggondol gelar doktor ilmu
komunikasi dari Amerika Serikat
2.3 Analisis Stilistika pada Menjadi Wanita
Paling Bahagia
Bahasa sebagai media komunikasi (Idat)
terdiri atas simbol-simbol yang membawa pesan secara arbitrer pada kajian
analisis ini dalam bentuk bahasa tulis berjudul menjadi wanita paling bahagia.
Karya `Aidh Al Qorni ini berbentuk buku yang telah diterbitkan oleh Qisthi
Press berisi banyak nasihat yang ditujukan kepada para wanita. Baik remaja
wanita maupun ibu rumah tangga. Model pemaparannya dikemas seperti halnya
nasihat sehari-hari yang diberikan orang tua kepada anaknya. Gaya penceritaan dalam buku ini tidak
menunjukkan alur seperti dalam karya sastra. Seperti pendapatnya Ratna
(2014:162) ada perbedaan gradual antara gaya dalam kehidupan sehari-hari dengan
gaya bahasa dalam karya sastra. Peranan bahasalah yang membedakan di antara
keduanya. Peristiwa dalam kehidupan sehari-hari tidak berulang sehingga
kehidupan sehari-hari tidak memerlukan plot. Sebaliknya dalam karya sastra,
dengan medium bahasa peristiwa disusun kembali. Penyusunan inilah yang pada
giirannya menghasilkan alur yang berbeda, sehingga muncullah keindahan dalam
karya sastra.
Contoh kutipan berisi nasihat
padahalaman 56berjudul Agar Engkau Menjadi Wanita Tercanti di Dunia
Dengan kecantikanmu, engkau lebihindah dari matahari; dengan
akhlakmu, engkau lebih harus dariaromaminyak mistik; dengan rendah hatimu,
engkau lebih mulia dari bulan; dan dengan kelembutanmu, engkau lebih lembut
dari rintik hujan. Maka, jagalah kecantikanmu dengan keimanan, kerelaanmu dalam
menerimaapa yang ada dengan senang hati, dan harga dirimu dengan jilbab.
Ketahuilah, perhiasanmu bukanlah emas atau perak, tetapi dua rekaat
menjelang Subuh, dahagamu di tengah hari yang panas saat berpuasa, dermamu yang
tersembunyi dan hanya diketahui Allah semata, air mata tobat, sujud panjang di
atas karpet ibadah dan rasa malumu kepada Allah tatkala tergoda oleh bisikan
nista dan ajakan setan. Kenakanlah pakaian taqwa, maka engkau akan menjadi
wanita tercantik di dunia, meskipun bajumu terkoyak. Kenakanlah mantel
kesantunan, agar engkau menjadi wanita tercantik di dunia, kendati engkau tak
memakai alas kaki.
Pemilihan kata yang digunakan Al Qorni sangat mendukung judul buku
yakni diksi yang berkaitan dengan wanita seperti batu permata, emas, kalung,
permata, berlian, mutiara, zamrud, yakut, nilam, safir, manikam, intan,
kristal.
Menurut Ratna ( 2014:206) penegasan dalam bentuk perulangan kata
(repetisi) merupakan hal penting dalam gaya bahasa daripada penegasan dengan
menggunakan nada yang keras. Oleh karena itu dalam kehidupan sehari-hari sering
dilakukan orang untuk menegaskan perlu adanya perulangan kata berkali-kali. Hal
ini bisa dilihat dalam karya Al Qorni pada halaman 7.
Selamat datang ...
Saudariku yang tekun mendirikan shalat dan puasa dengan penuh
kepatuhan dan kekhusukan.
Saudariku yang memakai
jilbab demi kesopanan, kewibawaan, dan kesucian diri.
Saudariku yang selalu belajar menelaah dengan penuh kesadaran dan
ketulusan niat.
Saudariku yang selalu menepatijanji, bisa dipercaya, dan jujur.
Saudariku yang selalu bersabar, mawas diri, dan bertobat dengan
penuh penyesalan.
...
Dalam karya ini juga menunjukkan adanya pengaruh religi yang sangat
tinggi, terbukti banyak pemakaian kata yang bersifat keagamaan seperti shalat,
berpuasa, hijab, berdzikir, bersyukur, berdoa, Allah, Al Quran, al Hadits,
nabi, mukminah, sholihah, dan lain-lain.
Nasihat berbuat baik yang disampaikan Al Qorni ini sangat
memperhatikan hati wanita. Terbukti nasihat diberikan dengan bahasa yang santun
dan memberikan motivasi kepada hati wanita, serta berupa ajakan untuk mendorong
hati berlaku positif .
1.
Optimislah
meskipun engkau berada di tengah-tengah badai yang menerjang. (18)
2.
Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan, setelah cucuran air mata akan terbit
sebuah senyuman. (19).
3.
Sebaik-baik
teman sepanjang hidupadalah buku. (26)
4.
Jika kesedihan
datang mengurung dan duka mengurung, ucapkanlah La ilaha ilaa Allah. (27)
5.
Jangan turuti tamak! Seandainya engaku puas
dengan yang ada, pasti engkau tetap bebas dan mereka. (30)
6.
Penyakit
merupakan pesan yang menyimpan kabar gemira, sedangkan kesehatan adalah perhiasan
yang sangat berharga. (31)
7.
Shalat itu
merupakan penjamin kelapangan dada dan pengusir keresahan. (37)
8.
Abaikan segala
sesuatu yang engkau tidak mampu melakukannya. Pergunakanlah waktumu untuk
memperbaiki hal-hal yang engkau mampu melakukannya. (104)
9.
Jalan
kebahagiaan ada di depanmu. Carilah ia dengan ilmu, amal shaleh, dan akhlak
mulia. Bersikaplah objektif dalam setiap hal, niscaya akan bahagia. (210)
10.
Jadikanlah
rumahmu sebagai surga kedamaian, bukan arena keributan. Sesungguhnya ketenangan
itu adalah nikmat. (232)
Pada karya ini juga terdapat uraian tentang pemakaian perintah dan
larangan yang disertai alasan. Ini menunjukkan bahwa penulis dalam memberikan
perintah atau larangan bukan hanya sekedar semosional untuk memerintah atau
melarang, melainkan juga disertai sikap
tanggung jawab untuk memberikan alasan atas perintah dan larangannya. Antara
lain seperti di bawah ni.
1.
Kami nasihatkan
kepadamu untuk tekun bekerja, jangan malas, bosan maka engkau akan menemukan
kelapangan, kebahagiaan, dan kegembiraan.
2.
Jangan
sia-siakan waktumu dengan kekosongan karena hal itu akan mendatangkan
penderitaan, kesempitan hati, godaan, keraguan, dan kesuraman jiwa yang tidak
akan bisa dihilangkan kecuali dengan pekerjaan.
3.
Jauhilah segala
perbuatan maksiat. Sebab maksiat adalah pemicu kesebihan, terutama maksiat yang
sering dilakukan para wanita, melihat sesuatu yang diharamkan, mempertontonkan
kecantikan, berpacaran.
4.
Jangan engkau
mengingkari hak-hak suami dan tidak mengaku kebaikannya. Itulah dosa-dosa yang
sering diperbuat wanita, bertaqwalah karena taqwa menjamin kebahagiaanmu dan
keridlaan-Nya atas ketulusan hatimu.
5.
Jangan menonton
tayangan yang tidak bermanfaat karena akan mengikis rasa malu, kehormatan, dan
agamamu.
6.
Janganlah
melihat majalah porno dan cabul, membaca pemikiran kotor, buku-buku sesat, atau
roman yang tidak bermoral karena akan menimbulkan kebimbangan jiwa dan
mengotori ketulusan hati.
7.
Teladanilah
Asiyah (isteri Firaun), Maryam (ibu Nabi Isa a.s.), Khadijah (isteriNabi
Muhammad saw), Asma binti Abu Bakar), dan Fatimah (putri Nabi Muhammad saw)
karena mereka adalah orang-orang terpilih yang baik.
8.
Setiap pagi tiba,
ingatlah bahwa pagi itu terasa panjang bagi yang sengsara, sedang engkau berada
dalam kenikmatan. Pagi itu terasa
membosankan bagi orang yang kelaparan, dengan merenung maka engkau akan merasa banyak bersyukur.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bahasa
sebagai media yang digunakan manusia untuk alat komunikasi merupakan bentuk
komunikasi yang paling efektif baik komunikasi lisan maupun tulisan. Pemakaian
bahasa ini menandakan karakter pengguna yang dapat membedakan antara satu orang
dengan orang lain. Ini membuktikan bahwa kebesaran Yang Maha Kuasa dapat
dilihat dari perilaku parmakhluk-Nya.
Stilistika
adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari ragam bahasa. Kajian kongret
stilistika adalah gaya bahasa pada dua buku karya Nirina Lubis dan `Aidh
Al-Qorni.
Dari
analisis stilistika pada kedua buku tersebut dapat disimpulkan bahwa
-
Setiap
pengarang buku mempunyai gaya kepenulisan yang berbeda-beda, yang disebabkan
latar belakang penulis.
-
Terdapat
perbedaan gaya kepenulisan antara kisah dan nasihat (nonfiksi). Kisah
diceritakan dengan sudut pandang orang ketiga sedangkan nasihat diinformasikan
langsung kepada pembaca.
-
Gaya bahasa
pada kisah lebih didominasi pada kata bermakna konotasi, dan gaya bahasa
hiperbola, sedangkan nasihat ditulis seperti halnya berkomunikasi dengan
sahabat karib.
3.2 Saran
Setelah
menganalisis stilistika pada hasil karya, disarankan kepada:
Penulis : hendaknya para penulis
meningkatkan kepenulisannya dengan menggunakan gaya bahasa yang disesuaikan
dengan pangsa pasar (pembaca) serta memperhatikan tata tulis (ejaan).
Pembaca : hendaknya setiappembaca
lebih selektif menemukan buku bacaan atau menyeleksi buku yang dibaca karena
waktu yang digunakan membaca apabila bahan bacaan kurang bermanfaat juga ikut
terbuang sia-sia.
Daftar Pustaka
-
Al-Qorni,`Aidh.
2012. Menjadi Wanita Paling Bahagia.Jakarta: Qisthi Press.
-
Lubis, Nisrina.
2010. Guru-guru Dahsyat. Jogjakarta: FlashBooks
-
Ratna, Nyoman
Kutha. 2014.Stilistika,Kajian Puitika Bahasa,Sastra, dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pilar.