Sabtu, 19 Desember 2015

ANALIS IS GAYA BAHASA KUMPULAN CERPEN MATAHARI DI RUMAHKU dan GAYA BAHASA NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY Oleh: Sebastianus Noviyanto ( 20152110009 )

ANALISIS GAYA BAHASA KUMPULAN CERPEN  MATAHARI DI RUMAHKU DAN 

GAYA BAHASA NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

  

Oleh:    
Sebastianus Noviyanto  
( 20152110009 )




BAB I
Pendahuluan
            Gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu yang dapat menimbulkan konotasi tertentu (Tarigan, 2009:4). Gaya bahasa merupakan bentuk retorik yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimak atau pembaca. Media massa sebagai salah satu media komunikasi yang memiliki peran besar dalam menyebarkan informasi dan memberikan hiburan bagi semua lapisan masyarakat. Bertolak dari semua hal tersebut masyarakat Indonesia mendapatkan informasi dari berbagai macam media massa diantaranya media massa elektronik yaitu televisi, radio, film, internet dan media cetak berupa surat kabar, majalah, buku, tabloid. Media cetak selain menyajikan berita ada juga rubrik yang menyajikan pendapat, pesan, saran dan hiburan seperti cerpen (cerita pendek). Cerpen merupakan salah satu jenis fiksi yang banyak ditulis orang (Thahar, 2009:1). Adapun yang melatarbelakangi permasalahan dalam penelitian ini, yaitu: terdapat kumpulan cerpen Matahari di Rumahku, namun sangat disayangkan banyak siswa maupun masyarakat umum tidak mengetahuinya apalagi untuk membaca kumpulan cerpen tersebut. Sudah banyak cerpenis muda yang berbakat dan menghasilkan cerpen yang bagus-bagus sehingga dikumpulkan dan dijadikan sebuah buku. Namun dari segi isi, pembaca cerpen
kurang memahami gaya bahasa yang digunakan pengarang.
               Selain hal tersebut di atas, di dalam cerpen Matahari di Rumahku memiliki keunikan tersendiri baik itu tokoh, watak, alur, plot, tema. Selain itu juga cerpen yang mereka tulis merupakan kejadian yang pernah terjadi di lingkungan tempat tinggal mereka. Berdasarkan hal itu lah peneliti tertarik untuk meneliti tentang gaya bahasa cerpen yang ada dalam buku Matahari di Rumahku. Dengan memberi judul “Analisis Gaya Bahasa Kumpulan cerpen Matahari di Rumahku “. 









BAB II
PEMBAHASAN


        Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Kumpulan cerpen Matahari di Rumahku, memiliki penggunaaan gaya bahasa yang beragam. Setiap pengarang menggunakan gaya bahasa yang berbeda-beda sesuai dengan gagasan dan ide-ide kreatif dari penulis cerpen-cerpen tersebut. Terdapat 14 jenis gaya bahasa yang digunakan penulis cerpen dalam mengembangkan gagasan mereka. Gaya bahasa tersebut yaitu: hiperbola, personifikasi, simile, eklamasio, metafora, eufemisme, hipalase, sarkasme, epitet, metonimia, pleonasme, ironi, litotes, dan alusio. Gaya bahasa yang paling dominan dalam kumpulan cerpen tersebut adalah gaya bahasa hiperbola. Gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebih-lebihan dan membesar-besarkan sesuatu.




BAB III
PENUTUP


          Berdasarkan hasil analisis gaya bahasa yang dominan pada masing-masing cerpen dalam kumpulan cerpen “Matahari di Rumahku” di atas, diketahui ada 14 macam gaya bahasa yang digunakan. Gaya bahasa yang paling dominan dalam kumpulan cerpen tersebut adalah gaya bahasa hiperbola.


Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka
Endarswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Med Press
http:// www.etd.eprints. ums.ac.id/5651. [31 Maret 2013]
http:// www.etd.eprints. ums.ac.id/15733/1/02 halaman depan pdf. [31 Maret 2013]
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian dan Sosial: Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Gaung
Press Persada
Junaedi. 2010. Pedoman Umum EYD dan Pedoman Umum Pembentukkan Istilah. Surabaya:
Citra Media Press
Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia
Kosasih, E. 2008. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: PT. Perca
Mulyatiningsih, Endang. 2012. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung:Al
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University
Oktavia, Monika Dewi. 2009. “Kajian Gaya Bahasa Hiperbola pada Cerpen Majalah Aneka
Yess edisi Januari-Maret 2009”. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Purwara, Yessi. 2011. “Analisis Gaya Bahasa Kumpulan Cerita Rakyat Kepulauan Riau
Karya Tusiran Suseno dan Drs. Amiruddin A.A”. Skripsi. Tanjungpinang: Universitas
Maritim Raja Ali Haji
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sumardjo dan Saini. 1988. Apresiasi Prosa dan Fiksi. Jakarta: Gramedia
Syaodih, Nana. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa
Thahar, Haris Efendi. 2009. Kiat Menulis Cerpen. Bandung: Angkasa
Utami, Sri. 2011. “Analisis Gaya Bahasa Cerpen Pada Surat Kabar Harian Batam Pos”.
Skripsi. Tanjungpinang: Universitas Maritim Raja Ali Haji




























GAYA BAHASA NOVEL AYAT-AYAT CINTA 
KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY 


  1. 1.      Pendahuluan
            Novel merupakan karya seni yang sangat erat berhubungan dengan kehidupan manusia dan berupa gambaran perjalanan hidup manusia. Sebagai karya seni, novel terdapat  pelajaran bagi pembaca dan dapat  dinikmati sebagai bahan referensi serta instrospeksi diri.  Melalui bahasa, novel mudah dipahami dan dicerna oleh para pembaca karena gaya bahasanya.

       Sebuah novel dapat dijadikan bahan untuk mempelajari kehidupan manusia yang sesungguhnya. Berbagai sifat manusia dan gambaran hidup terekam semua dalam sebuah novel. Gambaran hidup yang terekam dalam sebuah novel acap terwujud dalam bentuk konflik. Konflik tersebut berupa konflik antartokoh yang dipaparkan pengarang melalui gayanya sendiri. Secara umum dapat dijabarkan bahwa problem itu timbul apabila ada perbedaan atau konflik antara keadaan atau konflik antara keadaan satu dengan yang lain dalam rangka mencapai suatu tujuan.  Oleh karena itu, melalui novel terdapat pesan-pesan atau hikmah lewat gaya bahasa yang dipungut dari kenyataan,

       Gaya bahasa dalam novel merupakan  perwujudan  penggunaan bahasa oleh  penulis untuk mengemukakan gambaran, gagasan, pendapat, dan membuahkan efek tertentu bagi pembaca (Aminuddin 1997:1). Aktivitas penulisan, keberadaan diksi (pilihan kata) merupakan unsur penting. Persoalan diksi bukan hanya menyangkut pemilihan kata secara tepat dan sesuai, melainkan juga persoalan gaya bahasa dan ungkapan. Hal ini dapat dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Sering dijumpai  banyak orang kurang perbendaharaan kata sehingga mengalami kesulitan dalam mengungkapkan maksud (Wibowo 2001: 25).

          Menurut Alwi et al (1991:11) penggunaan diksi harus berdasarkan tiga tolok ukur, yakni ketepatan, kebenaran, dan kelaziman. Memilih kata dengan tepat memungkinkan orang dengan cepat memahami apa yang dimaksudkan. Adapun kebenaran menyangkut pelafalan, pengejaan, atau pembentukan kata, sedangkan kelaziman adalah penggunaan bentuk bahasa tertentu yang terjadi karena pemakaian yang berulang-ulang.

           Gaya bahasa menurut Pradopo (1997:93) adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan suatu perasaan tertentu  dalam hati pembaca. Tiap pengarang mempunyai gaya sendiri. Hal ini sesuai dengan sifat dan kegemaran masin-masing pengarang.
Menurut  Sayuti (2000:173) gaya bahasa merupakan cara pengungkapan seorang yang khas bagi seorang pengarang. Gaya seorang pengarang tidak akan sama bila dibandingkan dengan gaya pengarang lainnya, karena pengarang tertentu selalu menyajikan hal-hal yang berhubungan erat dengan selera pribadinya dan dan kepekaannya terhadap segala sesuatu yang ada di sekitarnya.

         Gaya bahasa menurut Keraf (2008:113) adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis.. Kekhasan itu dipengaruhi oleh teks yang digunakan oleh penulis/pengarang ketika menghadapi pembaca. Hal itu dilakukan agar materi yang disajikan tidak menimbulkan salah tafsir, karena kesalahan dalam menafsirkan menimbulkan persoalan baru.
Menurut Sudjiman (1993:19-20) gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu, oleh orang tertentu, dan untuk maksud tertentu, sehingga dapat dipahami bahwa penggunaan gaya bahasa mempertimbangkan ketiga hal tersebut, bahkan penggunaan gaya bahasa itu ditentukan oleh siapa yang dituju. Hal itu menandakan bahwa memahami konteks dan materi adalah hal utama, karena berbekal memahami hal tersebut dapat dijadikan bekal untuk meminimalisasi kesalahpahaman dan menjauhkan dari konflik di balik materi yang tersaji.

             Aminuddin (2004:72) mengatakan bahwa gaya bahasa pada dasarnya berhubungan erat dengan cara seseorang pengarang dalam menampilkan gagasannya. Gagasan tersebut dituangkan dalam karya tertulis sehingga tampak tampilan gaya bahasanya. Hal itu dapat dinyatakan bahwa setiap penulis wacana memiliki karakter penulisan, karena setiap orang memiliki gaya yang dilatarbelakangi oleh pengalaman, latar belakang keilmuan, dan target yang dituju pada setiap gaya bahasanya.

          Selanjutnya, menurut Suparman (1997:73) gaya bahasa adalah pernyataan dengan pola tertentu, sehingga mempunyai efek tersendiri terhadap pemerhati. Dengan pola materi akan menimbulkan efek lahiriah (efek bentuk), sedangkan dengan pola arti (pola makna) akan menimbulkan efek rohaniah.
Waridah (2008:322) berpendapat bahwa gaya bahasa adalah gaya seseorang pada saat mengungkapkan perasaannya baik secara lisan maupun tulis dan dapat menimbulkan reaksi pembaca berupa tanggapan. Gaya bahasa berdekatakan dengan majas. Majas merupakan bahasa kias, sehingga majas berada dalam gaya bahasa.

             Berdasarkan keenam pendapat itu peneliti menyimpulan bahwa gaya bahasa adalah cara pengarang  menyampaikan/mengungkapkan pikiran dan maksud dengan menggunakan media bahasa indah. Pengungkapan itu dalam konteks tertentu, oleh orang tertentu, dan untuk maksud tertentu, serta mampu memberikan kesan suasana yang menyentuh daya emosi pembaca. Gaya bahasa akan mendapat reaksi  yang berupa tanggapan dari pembaca atau pendengar. Perbedaan keduanya adalah gaya bahasa merupakan gaya seseorang mengungkapkan bahasa baik langsung maupun tidak langsung (kias), sedangkan majas gaya bahasa yang cenderung gaya seseorang yang secara tidak langsung (kias).

2.1 Stilistika

          Menurut Aminuddin (1997:21) stilistika merupakan kajian linguistik modern. Kajiannya meliputi hampir semua fenomena kebahasaan  hingga makna. Sehingga wacana (teks) dalam novel AAC merupakan bagian dari kajian linguistik modern dan termasuk fenomena bahasa beserta  beserta makna yang dikandungnya.

           Selanjutnya menurut Leech dalam Aminuddin (1999: 27) stilistika secara sederhana dapat diartikan sebagai kajian linguistik yang objeknya  berupa gaya yaitu cara penggunaan bahasa dari seseorang dalam konteks tertentu dan untuk tujuan tertentu.

           Sementera itu menurut Wallek  (1980: 57) stilistika adalah kajian  yang memusatkan perhatian pada hal-hal yang menyimpang dari kebiasaan dari kekhusukan. Kekhususan itu dalam penelitian ini adalah bagaimana pengarang menggunakan gaya bahasa dalam novel AAC.

           Menurut Nurgiantoro (2000: 270) stilistika ditandai dengan oleh ciri-ciri formal kebahasaan  seperti pilihan kata, struktur kalimat, bentuk bahasa figuratif, penggunaan kohesi dan lain-lain sekaligus untuk mendapatkan keindahan yang menonjol. Keindahan dalam novel AAC bertujuan untuk mengikat pembaca sehingga mereka memahami pesan-pesan dengan baik. Pesan pengarang sangatlah penting bagi pembaca. Tanpa memahami pesan yang disampaikan tentunya tidak akan dapat menikmati dengan baik.

           Menurut Kutha (2007: 236) stilistika berasal dari kata style yakni ilmu tentang gaya bahasa yang secara khusus dikaitkan dengan karya sastra. Selanjutnya dalam analisis Kutha  stilistika meliputi semua ekspresi dan teknik yang bertujuan memberikan penjelasan yang ada pada semua bahasa. Untuk menganalisis bentuk stilistika  dilakukan dengan cara pertama, analisis sistemis sistem sastra/bahasa yang dilanjutkan dengan analisis, dan kedua  mengamati perbendaan antara gaya bahasa dengan bahasa yang digunakan secara umum.. Kedua analisis tersebut bertujuan  untuk memahami pandangan pengarang  dalam menuangkan ide dan memahami teks secara menyeluruh  dari aspek kebahasaan.

2.2 Gaya Bahasa dalam Novel Ayat-ayat Cinta Karya Habiburahman El Shirazy

             Struktur kalimat dapat dijadikan  sebagai landasan  untuk menciptakan gaya bahasa. Yang dimaksud dengan struktur kalimat di sini adalah  kalimat bagaimana tempat sebuah unsur  kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut. Ada kalimat  yang bersifat periodik, bila bagian yang terpenting atau gagasan yang mendapat penekanan ditempatkan pada akhir kalimat.

           Berdasarkan ketiga macam struktur kalimat sebagaimana yang dikemukakan dapat diperoleh jenis-jenis gaya bahasa klimaks,  antiklimaks, paralelisme, antitesis, dan retoris. Gaya bahasa retoris dibedakan atas anafora, epizeukis  dan tautotes. Sedangkan gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna  dibagi dua kelompok yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa  kiasan. Gaya bahasa retoris dibedakan menjadi (1) hiperbola, (2) silepsis, (3) aliterasi, (4) litotes, (5) asonansi, (6) eufemisme, (7) pleonasme, (8) paradoks, dan (9) retoris. Sedangkan gaya bahasa kiasan dibedakan menjadi (1) personifikasi, (2) ironi, (3) sarkasme, (4) metafora, (5) perumpamaan/simile, dan (6) metonimia


Gaya Bahasa Klimaks

        Gaya bahasa  ini ditemukan dalam novel AAC seperti dalam penggalan teks berikut.
(1)                  Meskipun   butut,   ini   adalah   tas   bersejarah   yang   setia   menemani diriku  menuntut  ilmu  sejak di Madrasah Aliyah  sampai  saat  ini,  saat menempuh S.2.  di universitas tertua di dunia (hal. 5).

          Pada penggalan teks (1) terdapat penggunaan gaya bahasa klimaks yang ditandai kelompok kata seperti sejak di Madrasah Aliyah, saat  ini, menempuh S.2.  Urutan pikiran yang makin meningkat berdasarkan kepentingan merupakan bentuk klimaks.


Gaya Bahasa Antiklimaks

          Penggunaan kalimat yang bergaya bahasa antiklimaks. Terdapat pada penggalan teks berikut.

(2)                  Sahabat  nabi  itu  lalu  meninggalkan  diriku. Semakin  lama  semakin  jauh.  Mengecil.  Menjadi  titik.  Dan  hilang.  Aku  merasa kehilangan dan sedih. Mataku basah  (hal. 135.)
Pengurutan acuan terdapat dalam penggalan teks (2) yang diawali dengan urutan yang lebih penting. Kelompok kalimat tersebut seperti,  meninggalkan  diriku, lama  semakin  jauh, mengecil,  menjadi  titik,  dan  hilang.


Gaya Bahasa Paralelisme

        Dalam novel AAC ditemukan penggalan teks yang berisi  kalimat yang bergaya bahasa paralelisme. 

       Penggalan teks itu ditandai dengan huruf yang bercetak tebal merupakan bentuk gaya bahasa paralelisme. Gaya bahasa dalam novel AAC  terdapat  lima yang ditemukan. Seperti pada penggalan teks (3) yang ditandai dengan kelompok kata yang menunjukkan keparalelismean.

(3)                  Tengah hari ini, kota Cairo seakan membara. Matahari berpijar di tengah petala langit. Seumpama lidah api yang menjulur dan dan menjilat-jilat bumi. Tanah dan  pasir  menguapkan  bau  neraka

           Penggunaan gaya bahasa paralelisme pada penggalan teks (3) terdapat seakan membara, matahari berpijar. Kata membara sejajar dengan kata berpijar. Sedangkan   lidah api yang menjulur, sejajar dengan menjilat-jilat bumi.


Gaya Bahasa Antitesis

           Dalam novel AAC ditemukan penggalan teks yang berisi kalimat yang bergaya bahasa antitesis.

(4)                  Awal-awal Agustus biasanya pengumuman keluar. Namun sampai hari ini, pengumuman belum juga keluar  (hal 5).

          Kalimat yang bergaya bahasa antitesis terdapat dalam  penggalan teks (4). Hal itu ditandai dengan dengan kata hubung namun. Kata namun tercermin bentuk berlawanan, di mana pada bulan Agustus biasanya pengumuman keluar, tetapi ternyata pada hari ini belum ada pengumuman.

Gaya Bahasa Anafora

           Anafora adalah gaya bahasa repetisi yang berwujud pengulangan kata pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya. Hal itu ditemukan dalam novel AAC yaitu penggalan teks yang berisi kalimat bergaya bahasa anafora.

(5)                  Tak kenal kata absen. Tak kenal cuaca dan musim. (hal 3)

          Pengulangan kelompok kata tak kenal terdapat dalam  penggalan teks (5). Kelompok kata itu diulang kembali pada kelimat kedua.

 Gaya Bahasa Epizeuksis

        Epizeukis termasuk dalam kelompok gaya bahasa repetisi. Epizeuksis adalah repetisi yang bersifat langsung,  artinya kata yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut. Berikut penggalan teks berisi kalimat bergaya bahasa epizeukis yang terdapat dalam novel AAC sebagai berikut:.

(6)                  Aku satu-satunya orang asing, sekaligus satu-satunya yang dari Indonesia. (hal 3)

           Pemakaian gaya bahasa epizeukis dalam penggalan teks (6) berupa penggalan kata satu-satunya yang diulang dua kali. Kata itu dipentingkan dalam kalimat.

Gaya Bahasa Tautotes

       Tautotes termasuk dalam kelompok gaya bahasa repetisi. Tautotes adalah bentuk repitisi  atas sepenggalan kata yang berulang-ulang dalam sepenggalan konstruksi. Hal itu ditemukan penggalan teks yang berisi kalimat yang bergaya bahasa tautotes.

(7)                  Dakwah ya dakwah, ibadah ya ibadah. (hal 69)

          Penggunaan gaya bahasa dalam penggalan teks (7) terdapat pengulangan dalam satu konstruksi yaitu kata dakwah dan ibadah.

Gaya Bahasa  Hiperbola

       Gaya bahasa hiperbola adalah gaya bahasa yang berisi suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesarkan-besarkan sesuatu hal. Hal itu ditemukan dalam novel AAC  sebagaimana  penggalan teks yang berisi kalimat bergaya bahasa hiperbola

(8)                  Aku  cepat-cepat  melangkah ke  jalan menuju  masjid  untuk  shalat  zhuhur. Panasnya bukan main (hal. 8).

          Dalam penggalan teks (8) terdapat kelompok kata bukan main, yang terkandung maksud bahwa pada saat zhuhur terlalu panas dan tidak dapat ditentukan berapa derajat suhunya. Kelompok kata itu merupakan pembentuk gaya bahasa hiperbola.

Gaya Bahasa  Silepsis

          Dalam novel AAC terdapat penggalan teks yang berisi kalimat bergaya silepsis.sebagai berikut.

(9)                  Masalah hidayah dan iman adalah masalah misterius (hal 12.)

         Penggunaan gaya bahasa silepsis pada penggalan teks (9) terdapat kata hidayah yang dihubungkan  dengan masalah misterius. Hal ini dapat diketahui bahwa hidayah  tidak dapat dimengerti oleh siapapun karena hidayah milik Allah yang merupakan masalah misterius.

 Aliterasi

         Dalam novel AAC ditemukan penggalan tek yang berisi kalimat yang bergaya bahasa aliterasi sebagai berikut.
(10)               Lekak–lekuknya jelas. (hal. 20)
(11)              Di antara kata – kata kasar yang ku dengar. (hal. 21)

           Penggunaan gaya bahasa aliterasu dalam penggalan teks (10) dan (11) terdapat perulangan konsonan k pada kata lekak-lekuknya dan kata-kata kasar.  Perulangan konsonan itu bertujuan memberi keindahan nada dalam kalimat. Di samping itu juga agar pembaca tidak mengalami bosan dalam membaca novel AAC. 

Bahasa  Litotes.
            
           Gaya bahasa litotes ditemukan dalam novel AAC penggalan teks yang berisi kalimat bergaya bahasa litotes.

(12)              Peninggalan kakek yang sangat sederhana dan sawah seperempat Bahu  (hal 108).

        Pada penggalan teks (12) terdapat ungkapan yang bertujuan merendahkan diri yaitu sawah seperempat Bahu..

Gaya Bahasa Asonansi

            Dalam novel AAC  ditemakan penggalan teks  yang berisi kalimat bergaya bahasa asonansi sebagai berikut.

(13)              Penuh  rindu,  mata bundaku, yang   selaluku   rindu   (hal 106).
(14)              Lampu-lampu  telah menyala seperti bintang-bintang (hal 184).
(15)              Selalu biasa, datar dan wajar (hal. 286).

             Penggunaan gaya bahasa asonansi pada penggalan teks (13) terdapat perulangan vokal u pada kata penuh, rindu, bundaku, selalu, ku, rindu. Pada penggalan (14) terdapat perulangan vokal a pada kata menyala, bintang-bintang. Dan penggalan teks (15) terdapat perulangan vokal a pada kata biasa, datar dan wajar.

Gaya Bahasa Eufemisme

         Gaya bahasa eufemisme ditemukan penggalan teks dalam  novel AAC yang  berisi kalimat bergaya bahasa eufemisme.

(16)              Dan perjuangan seorang muslim sejati kata imam Ahmad bin Hanbal, “Tidak akan berhenti kecuali ketika kedua kakinya telah menginjak pintu surga”  (hal 41).

           Pada penggalan teks (16) terdapat kalimat tidak akan berhenti kecuali ketika kedua kakinya telah menginjak pintu surga. Kalimat itu terkandung maksud bila kita berjuang tidak tanggung-tanggung atau setengah hati, melainkan dengan sepenuh hati secara totalitas.

Gaya Bahasa Pleonasme

                         Berikut penggalan teks yang berisi kalimat bergaya bahasa pleonasme.

(17)              Aku sudah bisa makan sendiri dengan kedua tanganku sendiri (hal. 41)

            Penggunaan gaya bahasa pleonasme pada penggalan teks (17) terdapat ungkapan dengan kedua tangan sendiri pada dasarnya terkandung maksud sama dengan makan sendiri sehingga bila dengan kedua tanganku sendiri, tidak dituliskan maka maksudnya tetap utuh.

Gaya Bahasa  Paradoks

              Dalam novel AAC ditemukan penggalan teks yang  berisi kalimat bergaya bahasa paradoks.

(18)              Meletakan tangan kanannya di pundak kiriku (hal. 15).

          Pada penggalan teks (18) terdapat ungkapan tangan kanannya. Ungkapan itu  terkandung maksud pertentrangan  dengan kata di pundak kiriku. 

Gaya Bahasa  Retoris

         Gaya bahasa retoris ditemukan dalam novel AAC penggalan teks yang  berisi kalimat bergaya bahasa retoris. Berikur penggalan teks yang berisi kalimat bergaya bahasa retoris.

(19)              Tapi relakan ongkos dakwah dan ibadah dibebankan orang lain? (Hal : 74).

         Dalam penggalan teks (19) adalah  kalimat yang tidak memerlukan jawaban. Kalimat itu sudah terkandung makna yang utuh sehingga pembaca tanpa menjawab pun sudah tahu maksudnya.

Gaya Bahasa Personifikasi

          Dalam novel AAC ditemukan penggalan teks yang  berisi kalimat bergaya bahasa personifikasi. Berikut penggalan teks yang berisi kalimat bergaya bahasa personifikasi.

(20)              Seumpama lidah api yang menjulur dan menjilat-jilat bumi. (hal 2)

         Gaya bahasa personifikasi terdapat dalam penggalan teks (20)  adalah lidah api  yang seolah-olah berperilaku seperti manusia (bernyawa) yakni menjulur dan menjilat-jilat.   Hal yang dipaparkan dalam penggalan teks itu menandaskan bahwa lidah api atau sinar matahari yang bersinar ke bumi.

Gaya Bahasa Ironi

        Dalam novel AAC ditemuakan penggalan teks yang  berisi kalimat bergaya bahasa ironi. Berikut penggalan teks yang berisi kalimat bergaya bahasa ironi.

(21)              Ia telah ditolong tapi memfitnah orang yang dengan tulus hati menolongnya. (hal.296).

          Dalam penggalan teks (21) terkandung maksud bahwa ia telah ditolong tetapi malah memfitnah kepada orang yang dengan tulus menolong.

Gaya Bahasa  Sarkasme

           Hal itu ditemukan penggalan teks yang berisi kalimat bergaya bahasa sarkasme dalam novel AAC.  Berikut ini penggalan teks yang berisi kalimat bergaya bahasa sarkasme.

(22)              Ayolah khoemeini benar Amerika itu setan! Setan harus dibunuh (hal, 26)

          Gaya bahasa sarkasme yang terdapat dalam penggalan teks (22) adalah Amerika itu setan! Setan harus dibunuh. Ungkapan itu dipaparkan bentuk makian kepada  negara Amerika.

Gaya Bahasa  Metafora

         Gaya bahasa metafora adalah gaya  bahasa yang membandingkan dua hal secara langsung yang memiliki sifat yang sama, tetapi dalam bentuk singkat. Hal itu ditemuakn penggalan teks yang  berisi kalimat bergaya bahasa metafora dalam novel AAC. Berikut penggalan teks yang berisi kalimat bergaya bahasa metafora.

(23)              Matahari berpijar di tengah petala langit. (hal 2)

            Pada penggalan teks (23) terdapat ungkapan petala langit  yang berarti tingkatan langit yang paling tinggi sehingga kedudukan matahari disamakan dengan petala langit yang tingkatnya tinggi dan jauh.


Gaya Bahasa Perumpamaan atau Smile

          Dalam novel AAC  ditemukan penggalan teks yang berisi kalimat bergaya bahasa perumpaman/simile. Berikut penggalan  teks yang berisi kalimat bergaya bahasa perumpamaan/simile.

(24)              Tengah  hari   ini Kota Cairo seakan membara  (hal 2).

         Dalam penggalan teks (24) terdapar gaya bahasa  perumpamaan/simile. Hal ini ditandai dengan adanya kata hubung seakan.  Kata seakan  adalah ciri dari gaya bahasa ini.

Gaya Bahasa  Metonimia

          Dalam novel AAC  ditemukan penggalan teks yang berisi kalimat bergaya bahasa metonimia. Berikut penggalan teks yang berisi kalimat bergaya bahasa metonimia.

(25)              Sebab dia pernah bilang jika kuliah nanti ingin mengambil Sastra Perancis  (hal. 76).

          Ciri kalimat yang bergaya bahasa  metonimia  yang terdapat pada penggalan teks (25)  adalah  Sastra Prancis yang terkandung maksud bahwa ia kuliah pada jurusan sastra Perancis.
Secara keseluruhan bahwa novel AAC sangat padat dengan gaya bahasa. Jenis gaya bahasa yang dapat ditemukan dengan jumlah penggalan teks seperti dalam tabel berikut.

Tabel 1. Jenis dan Jumlah Gaya Bahasa dalam Novel AAC

No
Jenis Gaya Bahasa
Jumlah Gaya Bahasa
 Keterangan
1
Klimaks
3
Halaman 4, 5, 241
2
Antiklimaks
3
Halaman 135, 141, 284
3
Paralelisme
7
Halaman  135, 139, 149, 153, 277, 304
4
Antitesis
22
Halaman 3, 5, 10, 11, 14,  107, 133, 159, 164, 171, 237, 241,  251, 269, 278, 280, 288, 295
5
Anafora
11
Halaman 3, 6, 67,68, 69, 134, 136, 137, 144, 163, 187,
6
Epizeuksis
6
Halaman 3, 5 67, 68,  159, 160
7
Tautotes
5
Halaman 69, 159, 160, 205
8
Hiperbola
84
Halaman 8,, 12, 17, 18, 21, 22, 27, 28,  30, 35, 36, 41, 43, 44, 67, 68, 71, 75, 95, 9, 106, 107, 108, 113, 114, 146, 150, 151, 154, 155, 156, 157, 160, 161, 165, 166, 174, 175, 178, 183, 186, 190, 195, 196, 28, 214, 219, 237, 239, 240, 244, 254, 255, 256, 260, 261, 268, 272, 282, 284, 288, 289,  294, 312,
9
Silepsis
5
Halaman 12, 13, 76, 148
10
Aliterasi
3
Halaman 20, 21, 306
11
Litotes
7
Halaman 108, 166, 167, 178, 219, 289
12
Asonansi
3
Halaman 106, 184, 286
13
Eufemisme
8
Halaman 41, 68, 73, 223, 264, 277, 280
14
Pleonasme
2
Halaman 141, 258
15
Paradoks
7
Halaman 15, 24, 26, 43, 45, 47, 294
16
Retoris
3
Halaman 74, 219, 241
17
Personifikasi
54
Halaman 2, 4, 7, 12, 13, 15, 18, 19,24, 31, 32, 35, 36, 38, 41, 44, 50, 67, 71, 73, 75, 78, 93, 95, 97, 99, 106, 113, 115, 117, 144, 150, 151, 152, 153, 162, 165, 169, 267, 302, 304, 307, 308
18
Ironi
1
Halaman 296
19
Sarkasme
9
Halaman 26, 27, 238, 239, 240, 241, 242, 258, 297
20
Metafora
13
Halaman 2, 3, 16, 20, 22, 25, 27, 30, 53, 118
21
Perumpamaan/Simile
44
Halaman 2, 6, 7, 12, 20, 27, 29, 30, 31, 35, 36, 39, 3, 44, 47, 68, 71, 107,  138, 140, 157, 199, 202, 212220, 222, 223, 227, 230, 231, 232, 236, 241, 245, 251, 256, 259, 264, 285
22
Metonimia
3
Halaman 76, 78, 113
Jumlah sekuruh
303


           Berdasarkan uraian itu bahwa novel AAC sangat syarat dengan penggunaan gaya bahasa. Hal itu dapat dilihat dalam tabel itu. Sosok pengarang begitu lincahnya menggunakan gaya bahasa dalam mengungkapkan karya novelnya. Bahasa yang digunakan sangat sederhana, sehingga mudah dipahami. Hal itulah yang menyebabkan novel AAC mampu meledak di tengah-tengah  minimnya novel religi pada saat ini.

          Gaya bahasa novel AAC yang terdapat dalam Tabel 1, dapat dipaparkan bahwa terdapat gaya bahasa yang dominan. Gaya bahasa itu adalah gaya bahasa hiperbola yang berjumlah 84 penggalan. Pengarang novel AAC memperbanyak gaya bahasa seperti hiperbola, dengan tujuan untuk memberikan keindahan dan pengaruh yang kuat kepada pembaca.  Dominasi gaya bahasa hiperbola dalam novel ini pun memberikan nuansa yang bombastis sehingga pembaca semakin bermiat untuk terus membaca novel itu


























BAB III
Penutup

          Dapat disimpulkan sebagai berikut. (1) Jenis gaya bahasa yang terdapat dalam novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburraman El Shirazy adalah gaya bahasa klimaks, antiklimaks, paralelisme, antitesis, repetisi, hiperbola, silepsis, aliterasi, litotes, asonansi, eufemisme, pleonasme, paradoks, retoris, personifikasi, ironi, sarkasme, metafora, permpamaan/simile dan metonimia. (2) Gaya bahasa yang dominan dalam novel Ayat-ayat Cinta adalah gaya bahasa hiperbola.


























Daftar Pustaka
Aminuddin.  1999. Stilistika: Pengantar Memahami dalam Karya Sastra. IKIP Semarang Press. Semarang.
_________. 2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo
Kusmini.  1998. Diksi dan Gaya Bahasa dalam Iklan Berbahasa Indonesia di Radio. IKIP Semarang. Tidak dipublikasikan.
Keraf, Gorys. 2008. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Lambang, Sri. 2001. Jenis-jenis Diksi dan Gaya Bahasa pada Teks Lagu Karya Ebiet G. Ade. IKIP Semarang. Tidak dipublikasikan
Muslahuddin. 2001. Gaya BahasaRetoris dalam Iklan Berbahasa Indonesia di Televisi. IKIP Semarang. Tidak dipublikasikan
Natawidjaja. P Suparman. 1997. Apresiasi Stilistika. Bandung: Intermasa
Nurgiantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: UGM Press.
Nursilowati. 2001. Gaya BahasaRoman La Barka Karya N.H. Dini. IKIP Semarang. Tidak dipublikasikan
Pradopo, Rachmat Djoko.1997. Pengkajian Puisi.Yogyakarta:Gajah Mada University Press.
________.  1999. Teori dan Metode Penelitian Sastra serta Peneraj. Dalam Lembaran sastra No. 17 Semarang: Fakultas Sastra UNDIP.
Rohani. 1994. Sajak-sajak Sepatu Tua Karya Rendra: Analisis Stilistika. IKIP Semarang. Tidak dipublikasikan.
Sayuti, Suminto A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media.
Supriyanti. 2002. Gaya Bahasa dalam Teks Berita Harian Umum Kompas. IKIP Semarang. Tidak dipublikasikan.
Susilowati.  1993. Karakteristik Novel La Rose. IKIP Semarang. Tidak dipublikasikan.
Supriyanto, Teguh.  1997. Gaya Bahasa Novel Bekisar Merah Karya Ahmad Tohari. IKIP Semarang. Tidak dipublikasikan.
Sutimah. 2000. Gaya Bahasa Novel Saman Karya Ayu Utami. Skripsi IKIP Semarang. Tidak dipublikasikan.
Teeuw, Andries. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra, Pengantar Teori Sastra. Jakarta:Pustaka Jaya
________.1988. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Jakarta Pustaka:Jaya
Wellek dan Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan. Jakarta:PT Gramedia
Windasari. 1999. Gaya Bahasa dalam Roman Burung-Burung Manyar Karya Y.B. Mangunwijaya. IKIP semarang. Tidak dipublikasikan.
Wibowo, Wahyu. 2000. Manajemen Bahasa. Gramedia: Jakarta.
Yuliani. 2001. Gaya Bahasa Kumpulan Cerpen Singgasana Kecantikan Karya Kahlil Gibran. IKIP Semarang. Tidak dipublikasikan.
Zoest, Aart Van. 1993. Semiotika. Jakarta : Yayasan Sumber Agung
Zoest, Aart Van dan Panuti Sudjiman. 1992. Serba-serbi Semiotika. Jakarta : Gramedia Pustaka utama.



























Tidak ada komentar:

Posting Komentar