Sabtu, 12 Desember 2015

’KAJIAN STILISTIKA PADA KUMPULAN PUISI BUNGA ROSIE ( Tumbuh Kecil dan Berguguran) KARYA ROSI PRADITYA’’ Oleh: NUR MAHMUDAH, S.S.


 ’KAJIAN STILISTIKA PADA KUMPULAN PUISI BUNGA ROSIE  ( Tumbuh Kecil dan Berguguran) KARYA ROSI PRADITYA’’      

Oleh:  NUR MAHMUDAH, S.S.




BAB I
PENDAHULUAN

      1.1.    Latar Belakang
Pada dasarnya puisi merupakan salah satu karya sastra yang paling sederhana dibandingkan beberapa karya sastra lainnya, seperti prosa (cerpen, novel, novelet dll) dan drama. Aminuddin (1997—67) mengemukakan terdapat  jenis karya sastra yaitu puisi dan prosa fiksi. Puisi membutuhkan efek-efek motif yang mempengaruhi karya sastra. Memperoleh efek-efek tersebut dapat melalui kebahasaan, paduan bunyi, penggunaan tanda baca, cara penulisan dan lain sebagainya. Puisi bisa dikatakan karya sastra paling sederhana, sebab semua orang dapat menulis puisi.
kita sering membaca bunga sebagai manifestasi keindahan dan cinta. Begitulah yang muncul dalam puisi Rosi jika disesuaikan dengan antologi ini. seperti tergambar pada sampul dan judul, ‘’Mawar” adalah gambaran yang mewakili keseluruhan ide. Mawar merah pada sampul menunjukkan ungkapan cinta.
Sebuah ungkapan ironis dari mawar yaang merupakan puncak keindahan menjelmanya harapan namun tumbuh kecil kemudian berguguran. Mawar yang lebih banyak menumbuhkan duri dan rasa sakit, seperti dalam diksi-diksi yang menghadirkan banyak lukisan romantis dalam mengungkapkan rasa sakit. sebuah romantis dalam mengungkapkan rasa sakit. Sebuah romantisme ironis menguasai hampir semua puisi
Pradopo (2002-1) puisi itu karya estetis yang bermakna, yang mempunyai arti, bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makana. Oleh karena itu, sebelum pengkajian aspek-aspek yang lain, perlu lebih dahulu puisi dikaji sebagai sebuah struktur yang bermakna dan bernilai estetis. Ketika menganalisis sebuah puisi ada tiga pilihan cara pendekatan yaitu dengan pendekatan semiotika, pendekatan fenomenologis, dan pendekatan stilistika.






      1.2.    Landasan Teori
     1.2.1 Hakikat Stilistika
Stilistika (stylistic) dapat diterjemahkan sebagai ilmu tentang gaya. Secara etimologis stylistic berhubungan dengan kata style yaitu gaya. Dengan demikian stilistika adalah ilmu pemanfaatan bahasa dalam karya sastra. Penggunaan gaya  bahasa secara khusus dalam karya sastra. Gaya bahasa yang muncul ketika pengarang mengungkapkan idenya. Gaya bahasa ini merupakan efek seni dan dipengaruhi oleh hati nurani. Melalui gaya bahasa itu seorang penyair mengungkapkan idenya. Pengungkapan ide yang diciptakan melalui keindahan dengan gaya bahasa pengarangnya (Endraswara, 2011:72—73).
Melalui ide dan pemikirannya pengarang membentuk konsep gagasannya untuk menghasilkan karya sastra. Aminuddin (1997:68) mengemukakan stilistika adalah wujud dari cara pengarang untuk menggunakan sistem tanda yang sejalan dengan gagasan yang akan disampaikan. Namun yang menjadi perhatian adalah kompleksitas dari kekayaan unsur pembentuk karya sastra yang dijadikan sasaran kajian adalah wujud penggunaan sistem tandanya.
Secara sederhana menurut Sudiman dikutip Nurhayati (2008:8) “Stilistika adalah ilmu yang meneliti penggunaan bahasa dan gaya bahasa didalam karya sastra”. Konsep utamanya adalah penggunaan bahasa dan gaya bahasa. Bagaimana seorang pengarang mengungkapkan karyanya dengan dasar dan pemikirannya sendiri.
Dalam hal ini untuk memahami konsep stilistik secara seksama Nurhayati (2008:7) mengemukakan pada dasarnya stilistika memiliki dua pemahaman dan jalan pemikiran yang berbeda. Pemikiran tersebut menekankan pada aspek gramatikal dengan memberikan contoh-contoh analisis linguistik terhadap karya sastra yang diamati. Selain itu pula stillistika mempunyai pertalian juga dengan aspek-aspek sastra yang menjadi objek penelitiannya adalah wacana sastra.
Stilistika secara definitif adalah ilmu yang berkaiatan dengan gaya dan gaya bahasa. Tetapi pada umumnya lebih banyak mengacu pada gaya bahasa. Dalam pengertiannya secara luas stilistika merupakan ilmu tentang gaya, meliputi berbagai cara yang dilakukan dalam kegiatan manusia (Ratna, 2011:167).
Stilistika sebagai salah satu kajian untuk menganalisis karya sastra. Endraswara (2011:72) mengemukakan bahasa sastra memiliki tugas mulia. Bahasa memiliki pesan keindahan dan sekaligus pembawa makna. Tanpa keindahan bahasa, karya sastra menjadi hambar. Keindahan suatu sastra dipengaruhi oleh kemampuan penulis mengolah kata. Keindahan karya sastra juga memberikan bobot penilaian pada karya sastra itu. Selain itu, menurut Sudjiman dikutip Nurhayati (2008:11) mengemukakan titik berat pengkajian stilistik adalah terletak pada penggunaan bahasa dan gaya bahasa suatu sastra, tetapi tujuan utamanya adalah meneliti efek estetika bahasa. Keindahan juga merupakan bagian pengukur dan penentu dari sebuah sastra yang bernilai.

      1.2.2 Pendekatan dalam Stilistika
Melalui stilistika dapat dijabarkan ciri-ciri khusus karya sastra. Berdasarkan hal itu, Wellek, dan Warren (1993:226) menyatakan ada dua kemungkinan pendekatan analisis stilistika dengan cara semacam itu. Yang pertama di analisis secara sistematis tentang sistem linguistik karya sastra, kemudian membahas interprestasi tentang ciri-cirinya dilihat berdasarkan makna total atau makna keseluruhan. Melalui hal ini akan muncul sistem linguistik yang khas dari karya atau sekelompok karya. Pendekatan yang kedua yaitu mempelajari sejumlah ciri khas membedakan sistem satu dengan yang lainnya. Analisis stilistika adalah dengan mengamati deviasi-deviasi seperti pengulangan bunyi, inversi susunan kata, susunan hirarki klausa yang semuanya mempunyai fungsi estetis penekanan, atau membuat kejelasan, atau justru kebalikannya yang membuat makna menjadi tidak jelas.
Sejalan dengan pernyataan di atas dalam kajian stilistik dipengaruhi oleh karya sastra dan bentuk pendekatan yang digunakan. Nurhayati (2008:13—20) mengemukakan lima pendekatan yang dapat digunakan yaitu, sebagai berikut:
      1.      Pendekatan Halliday
Dalam pendekatan ini Halliday mengilustrasikan bagaimana kategori-kategori dan metode-metode linguistik deskriptif dapat diaplikasikan ke dalam analisis teks-teks sastra seperti dalam materi analisis teks yang lainnya. Melalui hal ini analisis bukan hanya kepada interprestasi atau evaluasi estetika terhadap pesan-pesan sastra yang dianalisisnya tetapi hanya kepada deskripsi unsur-unsur bahasa. Dalam kajiannya ia tidak mengungkapkan bagaimana bentuk-bentuk verbal tersebut disusun sehingga berhubungan dengan bentuk lainnya pada hubungan intra-tekstual.

       2.      Pendekatan Sinclair
Pendekatan ini searah dengan teori pendekatan Halliday. Ia menerapkan kategori-kategori deskripsi linguistik Halliday. Sinclair mengemukakan terdapat dua aspek yang berperan penting dalam pengungkapan pola-pola intratekstual karya sastra.
      3.      Pendekatan Goeffrey Leech
Leech mengemukakn bahwa karya sastra mengandung dimensi-dimensi makna tambahan yang beroperasi pula di dalam wacana lainnya. Leech mengungkapkan tiga gejala ekspresi sastra, yaitu cohesion, foregrounding, dan cohesion of foregrounding. Ketiga gejala ekspresi ini menghadirkan dimensi-dimensi makna yang berbeda yang tidak tercakup oleh deskripsi linguistik dengan kategori-kategori normalnya. Cohesion merupakan hubungan interatekstual antara unsur gramatikal dengan unsur leksikal yang jalin-menjalin dalam sebuah teks sehingga menjadi sebuah unit wacana yang lengkap. Foregrounding merupakan gejala khas yang hanya terdapat dalam karya sastra. Sedangkan cohesion of foregrounding adalah penyimpangan-penyimpangan dalam teks yang dihubungkan dengan bentuk lain untuk membentuk pola-pola intratekstual.
      4.      Pendekatan Roman Jakobson
Pendekatan ini menggolongkan fungsi puitik bahasa sebagai sebuah penggunaan bahasa yang berpusat kepada bentuk aktual dari pesan itu sendiri. Tulisan sastra tidak seperti bentuk-bentuk lainnya. Dalam tulisan sastra ditemukan pesan yang berpusat pada pesan itu
      5.      Pendekatan Samuel R. Levin
Pendekatan Levin dalam analisis stilistika serupa dengan pendekatan Halliday dan Sinclair yang berpusat pada analisis butir-butir linguistik. Levin juga mengembangkan gagasan kesejajaran yang juga dikemukakan oleh Jakobson. Dalam hal ini kesejajaran tersebut berlaku pada level fonologi, sintaksis, dan semantik yang untuk menghasilkan ciri-ciri struktural.

      1.2.3  Teori yang Berhubungan dengan Kajian Stilistik
Pembentuk utama unsur puisi selain bahasa adalah keindahan. Pada  dasarnya kajian stilistika dikemukakan beberapa teori-teori yang berhubungan. Menurut Nurhayati (2008:30—38) teori-teori tersebut digunakan untuk menganalisis bahasa. Teori tersebut adalah sebagai berikut:

       1.DIKSI
          Diksi, pemilihan kata sangat erat kaitannya dengan hakikat puisi yang penuh pemadatan.   Oleh karena itu, penyair harus pandai memilih kata-kata. Penyair harus cermat agar komposisi bunyi rima dan irama memiliki kedudukan yang sesuai dan indah. Selain itu, Tarigan (2011:29) mengemukakan diksi adalah pilihan kata yang digunakan oleh penyair. Pilihan kata yang tepat dapat mencerminkan ruang, waktu, falsafah, amanat, efek, dan nada dalam suatu puisi.

       2. CITRAAN
          Citraan, merupakan penggunaan bahasa untuk menggambarkan objek-objek, tindakan, perasaan, pikiran, ide, pernyataan, pikiran dan setiap pengalaman indera atau pengalaman indera yang istimewa. Dalam hal ini yang dimaksud adalah citraan yang meliputi gambaran angan-angan dan pengguna bahasa yang menggambarkan angan-angan tersebut, sedangkan setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji. Secara spesifik Tarigan (2011:31) dalam menciptakan karya penyair berusaha membangkitkan pikiran dan perasaan para penikmat sehingga merekalah yang benar-benar mengalami peristiwa dan perasaan tersebut. Penyair berusaha agar penikmat dapat melihat, merasakan mendengar, dan menyentuh apa yang ia alami dan rasakan.

        3. KATA-KATA KONKRET
           Kata-kata konkret, merupakan kata yang dapat melukiskan dengan tepat, membayangkan dengan jitu apa yang hendak dikemukakan oleh pengarang. Tarigan (2011:32) mengungkapkan salah satu cara membangkitkan daya bayang imajianasi para penikmat puisi adalah menggunakan kata-kata yang tepat, kata yang dapat menyarankan suatu pengertian secara menyeluruh.
     
        4. BAHASA FIGURAN
          Bahasa figuratif, untuk memperoleh kepuitisan, penyair menggunakan bahasa figuratif, yaitu bahasa kiasan atau majas. Menurut Endraswara (2011:73) terdapat dua macam bahasa kiasan atau stilistik kiasan, yaitu gaya retorik dan gaya kiasan. Gaya retorik meliputi eufemisme, paradoks, tautologi, polisndeton, dan sebagainya. Sedangkan gaya kiasan amat banyak ragamnya antara lain alegori, personifikasi, simile, sarkasme, dan sebagainya.
Menurut Ratna (2011:164) majas (figure of speech) adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud penulis atau pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan.

          5.  RIMA DAN RITMA
          Rima dan ritma, merupakan pengulangan bunyi dalam puisi. Dengan pengulangan bunyi tersebut, puisi menjadi merdu bila dibaca. Bentuk-bentuk rima yang paling sering muncul adalah aliterasi, asonansi, dan rima akhir. Bunyi-bunyi yang berulang, pergantian yang teratur, dan variasi-variasi bunyi menimbulkan suatu gerak yang teratur. Gerak yang teratur tersebut di sebut ritma atau rhythm. Tarigan (2011:35) mengatakan rima dan ritma memiliki pengaruh untuk memperjelas makna puisi. Dalam kepustakaan Indonesia, ritme atau irama adalah turun naiknya suara secara teratur, sedangkan rima adalah persamaan bunyi.














BAB II
ISI
    2.1. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode yang memberikan perhatian terhadap data alamiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya (Ratna, 2007:47). Metode kualitatif deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini menggambarkan kata dan kalimat dalam puisi. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus terpancang. Dengan studi kasus penelitian ini memfokuskan hanya pada puisi dalam kumpulan puisi Rosi Praditya. Objek penelitian ini bahasa figuratif dan pemaknaannya yang digunakan dalam kumpulan puisi Rosi Praditya. Data penelitian ini adalah data yang berwujud kata, ungkapan, dan kalimat yang terdapat dalam kumpulan puisi Bunga Rosie ( tumbuh kecil dan berguguran) karya Rosi Praditya. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah teks dari puisi-puisi dari kumpulan puisi  Bunga Rosie ( tumbuh kecil dan berguguran) karya Rosi Praditya. Adapun sumber data sekunder berasal dari berbagai pustaka yang mengkaji tentang bahasa figuratif berupa buku kajian stilistika, hasil penelitian berupa bentuk bahasa figuratif berupa buku kajian stilistika.

2.2.Temuan dan Pembahasan
2.2.1 Diksi
        Dalam puisi ‘’ Bunga Rosie ( tumbuh kecil dan berguguran) karya Rosi Praditya’’ penyair banyak menggunakan kata konotatif yang maknanya mengarah pada cinta dan luka seperti pada kutipan sajak ‘’ Hujan Akhir ( hal 1)’’/hari ini kita memanah kematian dengan sajak huruf-huruf hujan, dan kalimat-kalimat membujur menjadi kubur, menjadi kenangan yang mengukir nama-nama dangkal kemudian akan kita tinggalkan/. penyair mencoba menggambarkan luka yang dialami dengan luapan bahasa pada sajak-sajaknya kata kematian  dan kubur dipilih penyakir sebagai simbol luka dan derita yang dialami penyair. di halaman 6 pada sajak ‘’Fragmentasi dalam pelukan’’ kata luka justru di ungkapkan secara langsung tanpa menggunakan bahasa konotatif seperti sajak sebelumnya /sayang, waktu dan keadaan kita adalah memang sangat pahit, dan luka yang tak berbuah/.
                        Seperti dipilih penyair sebagai puncak ide sebuah puisi ‘’ Sekuntum Bunga Rosie’’ yang berimplikasi pada banyak hal. ‘’Rosie’’ bisa berarti mawar sebagai simbol makna cinta. atau, penyair sendiri yang berarti kepunyaaan dan pengakuan. Namun pada judul antologi terdapat ‘’ tumbuh kecil dan berguguran’’. Dengan kata lain bunga yang tak sempat berkembang. berikut kutipan yang menunjukkan diksi kata cinta terdapat pada halaman 25 deng sajak yang berjudul ‘’ Sayang”/ mencintaimu disudut cintaku, menguras kebangkitan rindu yang tak habis-habis ketengah laut yang dalam/. kata cinta yang dipilih penyair menggambarkan pada luapan perasaan yang mendalam pada diri penyair dan didukung dengan pilihan kata laut oleh penyair itu artinya perasaan yng di sampaikan penyair begitu luas dan dalam. kata cinta juga di pilih penyair sebagai bentuk luapan perasaan yang dalam pada sajak yang berjudul ‘’ Prahara Luka’’ halaman 71 / membicarakan kumpulan cinta dan hal-hal yang patut kusumpahi sebagai rinduyang tak ingin ku lenyapkan/
                        kata ‘’ cinta’’ disebut sebanyak 56 kali dalam rangkaian antologi puisi Bunga Rosie ( tumbuh kecil dan berguguran) karya Rosi Praditya. Namun, luka lebih besar daripada cinta dengan jumlah 62 kali.
2.2.2 Citraan
         Citraan adalah kesan yang ditimbulkan dalam sebuah puisi. Kumpulan  puisi  Bunga Rosie ( tumbuh kecil dan berguguran) karya Rosi Praditya. memiliki beberapa citraan diantaranya citraan visual yang dituliskan adalah suasana alam. Diksi /laut/ angin/langit /sungai-sungai, memiliki efek penggambaran suasana alam yang menyenangkan atau menyedihkan. Ada beberapa kesan yang ditulis penyair seperti indra perasa yang bisa dirasakan oleh jiwa atau hati seperti /keadaan kita memang sangan pahit//memang terasa rapuh/kisah-kisah tak dapat di lupakan, melebihi rasa sakit melebihi rasa lembut/


2.2.3 Kata-Kata Kongkret
         Beberapa kata-kata kongkret yang ditemukan dalam kumpulan puisi Bunga Rosie ( tumbuh kecil dan berguguran) karya Rosi Praditya. adalah kata-kata aktifitas untuk memberi kesan tersendiri diantaranya memburu, sembunyi, menulis, berlari, terbang, memetik, menembus, menahan, menanam, menatap, mengupas, mengikat, menghabisi, memutar, melantunkan, memuji, memotong dll. Kata-kata kongkret yang menggambarkan unsur-unsur puisi secara tepat dengan tujuan penyair agar pembaca dapat merasakan keadaan yang disampaikan atau ditulis olrh penyair lewat bahasa-bahasanya dalam kumpulan puisi Bunga Rosie ( tumbuh kecil dan berguguran) karya Rosi Praditya.
2.2.4 Bahasa Figuran/ Gaya Bahasa ( Majas)
         Berikut akan dipaparkan analisis majas/ bahasa figuran yang terkandung dalam kumpulan puisi Bunga Rosie ( tumbuh kecil dan berguguran) karya Rosi Praditya.
1.      Majas Asosiasi ( simile) adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berbeda tetapi sengaja dianggap sama. Majas ini ditandai oleh penggunaan kata bagaikan, bagai, seumpama, seperti(Ratna, 2014:443). Majas Asosiasi dalam kumpulan puisi Bunga Rosie ( tumbuh kecil dan berguguran) karya Rosi Praditya adalah sebagai berikut :
(1)   // Ia mengelak jalan menyusuri helai rambutmu, seperti dalam renungan sangat buruk mengisar luka pada sebuah tragedi//. ( halaman 12)
(2)   // Pertanyaan itu yang tak sempat kau beri nama waktu, seperti jawab kemudian menangkap sejarah pahit karena luka atas cinta//. ( hal 26)
(3)   // Mengunjungi dalam setiap pertemuan, seperti melalui kerinduan yang bergerak lepas, seperti memandang rupa yang tak sabar//. ( hal 30)
Penyair mengunakan kata “ seperti’’ untuk bahasa figuran asosiasi dengan tujuan menyamakan dua hal yang dianggap sama oleh penyair.
2.      Majas Personifikasi adalah majas yang membandingkan benda-benda tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia(Ratna, 2014:442). Majas personifikasi dalam kumpulan puisi Bunga Rosie ( tumbuh kecil dan berguguran) karya Rosi Praditya adalah sebagai berikut :
(1)   . // Kepada hujan yang terbunuh, lenyap, seribu kembang memahat kulit hujan//.
 ( hal 7)
(2). //Hujan telah kembali untuk membaca cinta kita.//( hal 8)
(3).// Setetes huruf-huruf memanggil doa di atas perjumpaan//. ( hal 8)
Kata ‘’ hujan yang terbunuh, hujan membaca, huruf huruf memanggil’’ adalah benda  yang tidak bernyawa tapi penyair menganggap benda-benda itu memiliki sifat seperti manusia untuk memunculkan nilai estetika pada bahasa penyair.
    3.  Majas Hiperbola adaalah majas yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan dengan maksud untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan daya pengaruh(Ratna, 2014:447).  Majas hiperbola dalam kumpulan puisi Bunga Rosie ( tumbuh kecil dan berguguran) karya Rosi Praditya adalah sebagai berikut :
(1).// Jalan uratmu telah membungkus abad abad dari udara helai pelabuhan.// ( hal  14)
        (2).//Cinta yang berdarah dalam aliran sungai// ( hal 24)
       (3).//Menguras kebangkitan rindu yang tak habis-habis ketengah laut yang dalam// (hal  25)
      (4).//Tangkai-tangkai rindu yang pilu meringkus cinta yang berdarah dari seluruh daun // ( hal 35)
          Pengungkapan perasaan cinta disampaikan oleh penyair dengan pengungkapan yang berlebihan seperti kata ‘’ uratmu telah membugkus abad-abad, cinta yang berdarah, menguras kebangkitan rindu’’ penyair memilih kata –kata tersebut dengan tujuan meningkatkan kesan dan daya pengaruh kepada pembaca untuk menyakinkan ungkapan atau pesan penyair.
 4. Majas Retoris adalah majas yang berupa kalimat tanya yang jawabanya itu sudah diketahui penanya. Tujuannya untuk memberikan penegasan pada masalah yang diuraikannya, untuk menyakinkan ataupun sebagai sindiran(Ratna, 2014:442). Majas retoris dalam kumpulan puisi Bunga Rosie ( tumbuh kecil dan berguguran) karya Rosi Praditya adalah sebagai berikut :
   (1). //Apakah di dalam dadamu telah tersimpan kotak putih yang telah terpilih sepeluk parahu-perahu kecil bertapal daya asmara?// ( hal 5)
  (2). //Apa yang kau asingkan? persekutuhan? kelicikankah?// ( hal 11)
  (3).// Masih adakah sesuatu yang ingin dicari?// ( hal 12)
  (4).// Apa yang kurang dalam dirinya?// ( hal 13)
  (5).//Masihkan kau membawa ujung anakku?// ( hal 14)
  (6).//Siapa saja yang sampai terlebih dahulu selain ayat-ayat?//(hal 35)
                      Kata tanya/majas retoris sengaja dipilih penyair untuk mengungkapkan pesan-pesannya dalam kumpulan puisi ’’ Bunga Rosie’’dengan tujuan untuk memberikan penegasan pada masalah yang disampaikan, sebenarnya kata tanya yang disampaikan penyair itu jawabanya sudah diketahui oleh penyair sendiri.
 5. Majas Paralelisme adalah majas perulangan sebagaimana halnya repitisi, hanya disusun dalam baris yang berbeda. Biasanya terdapat pada puisi( Ratna 2014:440). Majas paralelisme dalam kumpulan puisi Bunga Rosie ( tumbuh kecil dan berguguran) karya Rosi Praditya adalah sebagai berikut :
   (1). //Melebihi cuaca, melebihi guyuran.// ( hal 4)
   (2).//Dari tangan-tangan, dari air mata.//( hal 6)
    (3).//Aku bukan dilenyapkan matahari tetapi aku melenyapkan diri di alas sungai kecil.// ( hal 7)
   (4).//Dari dirimu sendiri, dari arah dan jalan uratmu.// ( hal 14)
   (5). //Cinta yang dalam, cinta yang berdarh dalam aliran sungai.//( hal 24)
    (6).//Kita tentukan, kita letakkan kesunyian, kita tulis, kita buka, kita baca sepanjang jalan.// (hal 27)

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
                      Style yang dipakai penyair banyak memungut klise-klise romantis yang tak berdaya hidup, Penyair menghadirkan kreativitas ekspresi yang unik, kata cinta disebut sebanyak 56 kali dalam rangkaian kumpulan puisi ‘’Bunga Rosie’’, namun luka lebih besar daripada cinta dengan jumlah penyebutan 62 kali. Rindu dan harapan mimpin muncul 26 dan 24 kali.
           Bahasa figuran/ majas yang digunakan dalam kumpulan puisi ‘’Bunga Rosie”
adalah majas asosiasi, majas personifikasi, majas retorik, majas paralelisme, majas hiperbola. Kajian stilistikadapat menemukan estetika pada puisi tersebut. Kata-kata yang sederhana  dapat memberikan efek yang sederhana juga bagi pembaca, namun ada maksud lain yang bisa diinterpretasikan dan diapresiasikan oleh pembaca.
Dalam puisi ini, jelas terkandung makna eksprisit yang disampaikan oleh penyair. kita cukup menyingkapi karya sastra sebagai hasil sebuah pemikiran seorang penyair, terlepas dari latar belakang penyair dan baik buruknya sebuah karya sastra. Persoalan nilai estetika adalah cita rasa yang subjektif, jadi terlalu sulit bila menilai sebuah karya sastra dalam satu sudut pandanag saja.
                       

       






DAFTAR PUSTAKA
             
             Aminnuddin. 1997. Stilistika, Pengantar Memahami Karya Sastra. Semarang: CV. IKIP Semarang Press.
             Burhan Nurgiyantoro. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
             Djoko Pradopo, Rahmat.2009. Pengkajian Puisi.Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
           Praditya, Rosi.2015.Kumpulan Puisi Bunga Rosie ( Tumbuh Kecil dan Berguguran).Madura:Komunitas Masyarakat Lumpur.
              Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
               --------------------------.2014.Stilistika Kajian Puitis Bahasa, Sastra, dan Budaya.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
              Rene Wellek dan Austin Warren. 1993. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar